Minggu, 25 Oktober 2015

Penggunaan Media Teka-Teki Silang (Crossword Puzzle) sebagai Upaya Peningkatan Pembelajaran Kimia pada Materi Koloid Kelas XI IPA 4 di SMA Negeri 2 Boyolali

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pembelajaran kimia pada materi koloid dengan penggunaan media Teka-Teki Silang (Crossword Puzzle). Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 2 Boyolali. Sumber data berasal dari guru dan siswa. Teknik pengumpulan data dengan tes dan non tes (observasi, kajian dokumen dan angket). Analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media Teka-Teki Silang (Crossword Puzzle) dapat meningkatkan pembelajaran kimia pada materi koloid. Pada siklus I, presentase ketuntasan belajar siswa adalah 64,29% dengan nilai rata-rata 72,3 dan pada siklus II presentase ketuntasan belajar siswa menjadi 89,29% dengan nilai rata-rata 76,1.
Kata kunci: teka-teki silang (crossword puzzle), koloid, prestasi belajar
Oleh : Luluk Fajri
 Keberhasilan proses belajar mengajar merupakan hal utama yang didambakan dalam melaksanakan pendidikan di sekolah. Komponen utama dalam kegiatan belajar mengajar adalah siswa dan guru, dalam hal ini siswanya yang menjadi subyek belajar. Oleh karena itu, paradigma pembelajaran yang berpusat pada guru hendaknya dirubah menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa atau Student Centered Learning (SCL).
Namun pada kenyataannya, saat ini masih banyak pendidik yang belum menerapkan pembelajaran yang mengacu pada KTSP. Pembelajaran Teacher Centered Learning (TCL) masih banyak mendominasi dalam proses pembelajaran di kelas. Akibatnya siswa menjadi kurang kreatif dalam memecahkan masalah, partisipasi rendah, kerja sama dalam kelompok tidak optimal, kegiatan belajar mengajar tidak efisien dan pada akhirnya hasil belajar menjadi rendah.
Peraturan pemerintah memberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan. Namun yang terjadi di SMA N 2 Boyolali masih ada yang belum terlaksana sesuai dengan delapan standar nasional tersebut. Sedangkan dalam proses pembelajaran pada satuan pendidikan harus diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan pengembangan fisik serta psikologis peserta didik (BNSP, 2007).
Mata pelajaran kimia merupakan mata pelajaran wajib bagi siswa SMA, khususnya jurusan IPA. Mata pelajaran ini perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Hal ini tidak menutup kemungkinan akan adanya kesulitan bagi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran kimia. Bagi siswa SMA N 2 Boyolali, khususnya pada kelas XI IPA pelajaran kimia merupakan pelajaran yang sulit dan terkadang membosankan.
Dari hasil observasi di kelas, dalam kegiatan belajar mengajar, interaksi guru dan siswa hanya berjalan dari satu arah, yakni dari guru saja. Hal ini mengakibatkan kurangnya minat dan motiva sisiswa dalam mengikuti pembelajaran kimia. Selain itu hasil belajar siswa masih rendah. Hal itu dapat dilihat dari prestasi kognitif siswa pada materi koloid tahun pelajaran 2010/2011, masih ada beberapa siswa yang belum mencapai criteria ketuntasanya itu kira-kira 50%, sedangkan nilai batas ketuntasan dari tiga tahun terakhir ini yakni 62, 65, dan tahun sekarang 70.
Dari data hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia, guru tidak pernah menggunakan media pembelajaran untuk menunjang motivasi dan ketertarikan siswa dalam proses pembelajaran. Hal tersebut menyebabkan siswa kurang aktif dan kurang tertarik dalam proses pembelajaran yang monoton. Sedangkan hasil wawancara dengan siswa kelas XI IPA di SMA N 2 Boyolali tahun ajaran 2011/2012 diketahui bahwa menurut mereka kimia merupakan pelajaran yang sulit. Selain itu penggunaan media jarang sekali digunakan dan tidak ada variasi dalam proses pembelajaran, sehingga siswa bosan dengan pembelajaran yang itu-itu saja.
Materi koloid marupakan materi pelajaran kimia yang diberikan di kelas XI IPA SMA semester genap. Materi ini berisi materi-materi yang sifatnya banyak hafalan. Penyajian materi koloid dengan melibatkan siswa aktif dalam bermain bersama dalam kelompoknya diharapkan mampu member kontribusi pada peningkatan motivasi siswa untuk selalu belajar berprestasi.
Berangkat dari berbagai masalah di atas, dapat disimpulkan bahwa salah satu penyebab rendahnya prestasi belajar kimia adalah karena proses belajar mengajar masih berpusat dari guru. Oleh karena itu, dibutuhkan peran guru untuk memberikan motivasi dan memperkenalkan materi kimia dengan lebih menarik sehingga siswa akan termotivasi dalam mempelajari kimia. Ada dua faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa, yaitu faktor internal  dan eksternal. Media pembelajaran yang dipilih merupakan salah satu faktor eksternal yang menunjang keberhasilan siswa.
Dalam proses belajar mengajar penggunaan media pembelajaran sangat penting dalam menunjang proses pembelajaran. Arsyad (2011: 2) mengatakan bahwa media merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan. Sedangkan Sukirman (2012: 44) memaparkan bahwa kegunaan praktis dari media pembelajaran dalam proses belajar mengajar yaitu media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar. Selain itu media pembelajaran juga merupaka suatu alat atau perantara yang berguna untuk mengefektifkan komunikasi antara guru dan siswa. Hal ini sangat membantu guru dalam mengajar dan memudahkan siswa untuk menerima dan memahami pelajaran.
Penggunaan media pembelajaran dengan teka-teki silang (Crossword Puzzle) merupakan suatu pembelajaran yang dipadukan dengan permainan. Dengan cara mengisi ruang-ruang kosong berbentuk kotak kecil dengan huruf-huruf yang membentuk sebuah kata berdasarkan pertanyaan yang diberikan dan dikategorikan dalam mendatar dan menurun. Karakteristik teka-teki silang (Crossword Puzzle) yang santai dan menyenangkan sangat sesuai digunakan sebagai media pembelajaran kimia pada materi koloid yang sifatnya hafalan sehingga diharapkan siswa tidak akan jenuh dalam proses pembelajaran. Pada penelitian Putri, L.R (2014) yang berjudul “Perbedaan Hasil Belajar Biologi antara Model Pembelajaran Crossword Puzzle (TTS) dengan Model Pembelajaran Index Card Match (Mencari Pasangan) Materi Keanekaragaman Makhluk Hidup dan Upaya Pelestariannya Kelas VII SMP N 2 Kartasura Sukoharjo Tahun Ajaran 2013/2014” menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan Crossword Puzzle(TTS) lebih baik dibandingkan dengan menggunakanIndex Card Match (Mencari Pasangan). Sedangkan penelitian oleh Anggraeni, I.D (2014) yang berjudul “Penerapan Metode Pembelajaran Student Teams Achievment Division(STAD) dengan Media Teka-Teki Silang (TTS) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII MTs An-Nuur Wonosobo” menunjukkan bahwa pembelajaran STAD dengan media TTS dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Penggunaan media teka-teki silang (Crossword Puzzle) sangat cocok dipadukan  dengan metode pembelajaran kooperatif yang sifatnya berkelompok. Dalam penelitian ini digunakan metode kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
 METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Rancangan solusi yang dimaksud adalah tindakan berupa penggunaan media pembelajaran Teka-Teki Silang (Crossword Puzzle). Supaya diperoleh hasil yang maksimal mengenai cara penerapan pembelajaran tersebut, maka dalam penerapannya digunakan tindakan siklus dalam setiap pembelajaran, maksudnya adalah cara penggunaan media pembelajaran Teka-Teki Silang (Crossword Puzzle)pada siklus pertama sama dengan yang diterapkan pada siklus kedua, hanya saja refleksi terhadap setiap pembelajaran berbeda tergantung pada fakta dan interpretasi data yang ada.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 2 Boyolali tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 28 siswa. Sumber data berasal dari guru dan siswa. Teknik pengumpulan data adalah dengan tes dan nontes (observasi, kajian dokumen dan angket). Instrumen pembelajaran meliputi silabus dan RPP. Instrumen pengambilan data yang meliputi instrumen penilaian kognitif, afektif dan keaktifan siswa. Teknik analisis instrumen kognitif menggunakan: (1) uji validitas, penentuan validitas tes menggunakan formula Gregory (Gregory, 2007). Setelah dilakukan uji coba dari 30 soal tes siklus I diperoleh CV sebesar 0,857 dan pada 30 soal tes siklus II diperoleh CV sebesar 0,933. (2) uji reliabilitas, digunakan formula Richardson (KR-20) (Dahar, 1989). Hasil uji coba reliabilitas, pada 30 soal tes siklus I diperoleh reliabilitas 0,741 dan pada 30 soal tes siklus II diperoleh reliabilitas sebesar 0,788 sehingga instrumen dinyatakan memiliki reliabilitas tinggi. (3) taraf kesukaran, ditentukan atas banyaknya siswa yang menjawab benar butir soal disbanding jumlah siswa yang mengikuti tes (Depdiknas, 2009). Setelah dilakukan uji coba dari 30 soal tes siklus I, 23 soal tergolong mudah, 7 soal tergolong sedang dan 0 soal tergolong sukar. Sedangkan pada uji coba 30 soal tes siklus II, 20 soal tergolong mudah, 9 soal tergolong sedang dan 1 soal tergolong sukar. (4) daya pembeda item, ditentukan dari proporsi tes kelompok atas yang dapat menjawab dengan benar butir item yang bersangkutan dikurangi proporsi tes kelompok bawah yang dapat menjawab dengan benar butir item tersebut (Depdiknas, 2009). Setelah dilakukan uji coba dari 30 soal tes siklus I, 10 soal diterima baik, 6 soal diterima baik dan diperbaiki, 5 soal diperbaiki dan 9 soal tidak dipakai. Sedangkan hasil uji coba dari 30 soal tes siklus II, 14 soal diterima baik, 4 soal diterima dan diperbaiki, 3 soal diperbaiki dan 9 soal tidak dipakai.
Teknik analisis angket afektif dan keaktifan menggunakan (1) uji validitas, penentuan validitas menggunakan formula Gregory (Gregory, 2007). Setelah dilakukan uji coba angket yang masing-masing terdiri dari 40 soal dan 20 soal, untuk angket afektif diperoleh CV sebesar 0,95 dan untuk angket keaktifan diperoleh CV sebesar 0,9 dinyatakan valid. (2) uji reliabilitas, untuk mengetahui tingkat reliabilitas digunakan rumus alpha [16]. Hasil uji coba angket yang masing-masing terdiri dari 40 soal dan 20 soal, untuk angket afektif diperoleh reliabilitas 0,84 dan untuk angket keaktifan diperoleh reliabilitas 0,76 dinyatakan reliabel dengan reliabilitas tinggi.
Teknik analisis data berupa analisis deskriptif kualitatif. Analisis dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dimulai setelah berakhirnya siklus. Hal ini penting karena akan membantu observer dalam mengembangkan penjelasan dari kejadian atau situasi yang berlangsung di dalam kelas yang diteliti. Data-data dari hasil penelitian di lapangan diolah dan dianalisis secara kualitatif. Teknik analisis kualitatif mengacu pada model analisis Miles dan Huberman yang dilakukan dalam tiga komponen yaitu 1) reduksi data, 2) penyajian data, dan 3) penarikan kesimpulan dan verifikasi (Miles dan Huberman, 1995).
Teknik validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi yaitu teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu, yaitu observasi (Moleong, 1995). Teknik triangulasi metode dilakukan dengan mengumpulkan data tetap dari sumber data yang berbeda-beda. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode pengumpulan data melalui teknik observasi, wawancara, kajian dokumen atau arsip, angket dan tes prestasi.
Prosedur dan langkah yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan McTaggart dalam Kasbolah, K (2001: 63-65) yaitu berupa model spiral. Perencanaan Kemmis menggunakan sistem spiral reflektif diri yang dimulai dengan rencana tindakan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting) (Kasboelah, 2001).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah hasil belajar kimia pada aspek kognitif dan aspek afektif pada materi koloid. Dalam penelitian ini soal tes kognitif dan angket afektif diberikan pada setiap akhir siklus I dan akhir siklus II. Data peningkatan prestasi belajar siswa untuk aspek afektif dapat dilihat pada Gambar 1.
 Gambar 1. Diagram Batang Penilaian Aspek Afektif Siswa
Pada aspek afektif siswa diukur dalam beberapa aspek, yaitu aspek minat, aspek sikap, nilai, konsep diri dan moral.dalam penelitian ini prestasi belajar siswa untuk aspek afektif pada siklus I memiliki target 60% kriteria baik dan 70% kriteria baik pada siklus II. Aspek afektif kriteria baik merupakan penjumlahan dari kriteria sangat baik dan baik. Berdasarkan Gambar 1 tersebut, pada siklus I aspek afektif kriteria baik sebesar 64,29%. Sedangkan pada siklus II sebesar 75%. Peningkatan aspek afektif siswa dari siklus I dan siklus II meningkat sebesar 10,71%. Dari capaian siklus I dan II, keduanya sudah memenuhi target yang telah ditetapkan. Sedangkan untuk ketuntasan prestasi belajar aspek kognitif siswa disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Diagram Ketuntasan Aspek Kognitif
Dalam penelitian ini prestasi belajar siswa untuk aspek kognitif pada siklus I memiliki target 60% dan 70% pada siklus II. Setelah proses pembelajaran selesai pada siklus I, ketuntasan belajar siswa telah mencapai target yang ditetapkan dengan KKM sebesar 70.
Dari hasil siklus I masil diperlukan tindakan lebih lanjut untuk memperbaiki pembelajaran agar ketuntasan belajar siswa dapat ditingkatkan. Oleh karena itu dilakukan serangkaian perencanaan untuk siklus II. Pada siklus II, guru menginformasikan kepada siswa bahwa kegiatan pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya masih menggunakan metode dan media yang sama. Guru juga menyarankan kepada siswa untuk mencari sumber lain agar dapat menjawab soal dengan baik dan guru mengintensifkan pendampingan bagi siswa yang kurang aktif.Dari hasil tes siklus II, siswa yang mencapai ketuntasan sebesar 89,29%. Hasil ini telah melebihi target yang ditetapkan yaitu 70%. Untuk aspek afektif sebesar 75%. Dari hasil yang telah diperoleh pada siklus II, semuanya telah mencapai target yang diharapkan sehingga pelaksanaan tindakan dicukupkan sampai siklus II.
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa secara keseluruhan penelitian penggunaan media pembelajaran Teka-Teki Silang (Crossword Puzzle) pada materi koloid siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 2 Boyolali tahun ajaran 2011/2012 dapat dikatakan berhasil karena pada akhir penelitian, kriteria keberhasilan yang ditetapkan dapat terpenuhi yakni dapat hasil belajar siswa.
 KESIMPULAN
Dari hasil penelitian, maka dapat disimpulkan yaitu penggunaan media pembelajaran Teka-Teki Silang (Crossword Puzzle) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi koloid siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 2 Boyolali Tahun Ajaran 2011/2012. Dalam penelitian ini, hasil belajar yang dimaksud adalah peningkatan ketuntasan belajar aspek kognitif dan prestasi aspek afektif siswa. Pada siklus I, persentase ketuntasan belajar siswa 64,29% dengan rata-rata nilai 72,3 dan pada siklus II persentase ketuntasan belajar siswa menjadi 89,29% dengan rata-rata nilai 76,1. Sedangkan untuk aspek afektif, ketercapaian rata-rata indikator adalah 64,29% pada siklus I dan 75% pada siklus II.
DAFTAR RUJUKAN
Anggraeni, I.D. (2014). Penerapan Metode Pembelajaran Student Teams Achievment Division (STAD) dengan Media Teka-Teki Silang (TTS) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII MTs An-Nuur Wonosobo. Skripsi. UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
Arsyad, Azhar. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo
BNSP. (2007). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Badan Sandar Nasional Pendidikan.
Dahar, R.W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Depdiknas. (2009). Analisis Butir Soal. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum Depdiknas.
Gregory, R.J. (2007). Physical Testing History, Principles, and Applications. United states of America: Pearson.
Kasboelah, Kasihani. (2001). Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Universitas Negeri Malang.
Miles, M. B. & Huberman, A .M. (1995). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press.
Moleong, L.J. (1995). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja        Rosdakarya.
Putri, L.R. (2014). Perbedaan Hasil Belajar Biologi antara Model Pembelajaran Crossword Puzzle (TTS) dengan Model Pembelajaran Index Card Match (Mencari Pasangan) Materi Keanekaragaman Makhluk Hidup dan Upaya Pelestariannya Kelas VII SMP N 2 Kartasura Sukoharjo Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Sukirman, Dadang dan Jumhana, N. 2012. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: UPI Press.

Share This